Cara pembuatan VCO secara tradisional yang mudah :
Pembuatan VCO secara tradisional sudah sejak lama dipraktikkan oleh
ibu-ibu di pedesaan. Umumnya, VCO yang dihasilkan digunakan untuk minyak
goreng. Di beberapa daerah, minyak ini lebih dikenal dengan nama minyak
kelentik atau minyak krengseng. Pembuatan minyak kelapa ini merupakan
upaya pemanfaatan buah kelapa yang dipanen dari kebunnya sendiri.
Biasanya, kelapa yang sudah dipanen hanya mampu bertahan selama 1-2
bulan. Setelah itu, buah kelapa akan busuk, atau tumbuh menjadi anakan
baru. Di samping itu, mahalnya harga minyak goreng baik yang berbahan
baku kelapa, kelapa sawit, jagung, atau kedelai di pasaran juga menjadi
alasan lain.
Umumnya, ibu rumah tangga hanya memproduksi minyak kelapa dalam
jumlah sedikit (misalnya 20-25 butir kelapa) dalam sekali produksi. Dari
bahan baku tersebut, dihasilkan sekitar 2-3 liter minyak kelapa,
tergantung dari kualitas kelapa yang digunakan dan proses pembuatannya.
Frekuensi pembuatannyapun cukup lama, biasanya sampai minyak goreng
tersebut habis. Alasan lain yangmembuat produksi dalam jumlah sedikit
juga disebabkan karena daya simpan minyak kelapa goreng tidak bisa
terlalu lama, sekitar 1-2 bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pemanasan. Di atas suhu 80° C saat proses pemanasan berlangsung, banyak
kandungan antioksidan yang menguap dan hampir semua jenis protein
mengalami denaturasi. Oleh karenanya, minyak kelapa mudah teroksidasi
sehingga menyebabkan ketengikan.
Proses pembuatan minyak kelapa murni dengan cara tradisional sangat
mudah untuk diterapkan oleh petani di pedesaan. Di samping peralatan
yang digunakannya sangat sederhana, teknologi prosesnya pun cenderung
mudah dilakukan. Tahap yang perlu dilalui untuk terbentuknya minyak
kelapa yaitu pembuatan santan kelapa. Dengan Cara pemanasan, dari santan
ini akan diperoleh minyak kelapa. Pemanasan yang dilakukan sangat
tergantung pada besar-kecilnya api yang digunakan. Umumnya, bersuhu
sekitar 100 – 110 °C. Suhu ini dikatakan ideal karena pada suhu
tersebut air yang terdapat dalam santan akan menguap. Dengan demikian,
protein yang berikatan dengan air pun akan pecah.
Selanjutnya, protein akan mengalami denaturasi (rusak). Dengan
demikian, protein yang mengikat lemak (minyak) dari santan kelapa akan
rusak juga. Minyak kelapa ini kemudian akan bebas dari ikatan-ikatan
emulsi dengan protein sebagai emulgatornya. Dengan lepasnya
ikatan-ikatan tersebut, minyak akan mengumpul tersendiri. Sementara
protein pun akan berkumpul menjadi satu. Protein tersebut dikenal dengan
nama blondo (tahi minyak). Pada pengolahan VCO secara tradisional,
blondo akan berwarna kecokelatan karena suhu yang digunakan cukup tinggi
(100-110° C). Sementara air yang masih terdapat dalam santan akan
menguap selama proses pemanasan.
Bahan Baku
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan VCO secara tradisional yaitu
daging buah kelapa. Sementara bahan tambahan pada proses pembuatan VCO
secara tradisional tidak diperlukan. Kualitas bahan (kelapa) yang
digunakan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas VCO yang dihasilkan,
di samping juga dipengaruhi oleh proses produksi. Kecuali itu, kualitas
bahan yang digunakan juga berpengaruh terhadap rendemen VCO yang
dihasilkan. Semakin baik mutu kelapa yang digunakan, kualitas VCO yang
dihasilkan juga akan semakin baik, di samping juga rendemennya semakin
tinggi, demikian sebaliknya. Adapun ciri-ciri kelapa yang baik untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan VCO seperti berikut ini.
a) Berasal dari varietas kelapa dalam atau kelapa hibrida lokal.
Rendemen yang diperoleh dari varietas ini akan lebih banyak dibandingkan
dengan kelapa hibrida.
b).Telah berumur 11-13 bulan. Umur kelapa yang akan digunakan untuk membuat VCO
tidak boleh terlalu muda atau kelewat tua. Apabila terlalu muda,
kandungan minyaknya masih sangat rendah sehingga rendemen yang
dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, bila kelapa yang digunakan sudah
terlalu tua, banyak kandungan minyak yang sudah diubah menjadi
karbohidrat. Dengan demikian, rendemen yang dihasilkan pun akan sedikit.
c) Berat kelapa berkisar 130 g/butir. Sebaiknya, ukuran kelapa dipilih yang seragam agar memudahkan dalam penanganan.
d) Kulit sabut kelapa sudah berwarna cokelat. Hal ini menandakan bahwa kelapa tersebut sudah cukup tua.
e) Apabila dikoclak, bunyinya akan terdengar nyaring. Tentu saja hal
ini sangat berhubungan dengan jumlah air yang terdapat di dalamnya.
Apabila koclak, menandakan bahwa jumlah air yang berada di dalam kelapa
telah berkurang. Berkurangnya jumlah air ini berhubungan dengan
dekomposisi kandungan gizi kelapa. Banyak kandungan zat-zat gizi dari
air kelapa yang dipindahkan ke dalam daging buahnya. Dengan demikian
kandungan zat gizi yang terdapat di dalam daging buah akan bertambah
banyak, terutama kandungan minyak atau lemaknya.
f) Kelapa belum berkecambah. Apabila sudah berkecambah, kelapa
tersebut sudah terlalu tua sehingga kandungan gizinya banyak yang sudah
berubah.
g) Apabila dibelah, daging buah berwarna putih dengan ketebalan
berkisar 10-15 mm. Pada pangkal kelapa, sudah terdapat benjolan kecil
berwarna kekuningan, disebut gandos. Apabila gandos tersebut sudah
besar, sebaiknya tidak digunakan karena kandungan minyak dalam daging
buah sudah banyak berkurang.
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan VCO secara tradisional sebagai berikut.
1) Slumbat, alat ini digunakan untuk mengupas kelapa dari sabutnya.
Alat ini sering digunakan oleh petani, terutama di pedesaan. Namun, bila
ada mesin untuk mengupas sabut kelapa juga bisa digunakan agar
pekerjaan mengupas kelapa menjadi lebih cepat. Di samping itu, bila
anggaran sangat terbatas, parang juga bisa digunakan untuk mengupas
kelapa. Namun, pengupasan kelapa dengan alat ini sangat lama.
2) Golok atau parang, alat ini digunakan untuk memecah tempurung
kelapa sehingga air kelapa bisa mengalir keluar. Sebaiknya, golok atau
parang yang digunakan dipilih yang berbahan besi atau baja. Tujuannya
tentu saja agar proses pemecahan tempurung bisa berjalan dengan baik, di
samping juga agar basil yang diperoleh terkesan rapi.
3). Ember digunakan untuk menampung air kelapa. Sebaiknya bahan ember
berupa karet agar tidak mudah pecah saat diangkat atau dipindahkan bila
telah terisi penuh. Ember yang digunakan tidak harus bagus, tetapi
kebersihan harus tetap dijaga.
4). Penyukil digunakan untuk memisahkan daging buah kelapa dari
tempurung yang menempel. Sebaiknya, penyukil terbuat dari besi agar
tidak mudah berkarat. Hal yang terpenting yaitu bahwa mata pisau
penyukil hams tajam agar mudah masuk ke dalam sela-sela daging buah dan
tempurung. Selain itu, gagang (pegangan) penyukil juga harus nyaman
sehingga memudahkan dalam penyukilan daging kelapa.
5).Mesin pemarut digunakan untuk memarut daging buah kelapa. Apabila
tidak memungkinkan untuk mengadakan mesin pemarut, sementara bisa
menggunakan parutan yang terbuat dari kayu dan dipasang mata pisau untuk
memarutnya. Hal yang terpenting dari pemarut yaitu mata pisaunya, yaitu
hams tajam dan tidak mudah berkarat. Bila periu, lakukan pengolesan
minyak setelah dipakai, tentu saja sebelumnya harus dibersihkan dari
sisa ampas yang masih menempel. Mata pisau ini juga erat kaitannya
dengan tingkat kehalusan ampas kelapa yang diperoleh. Semakin halus
butiran ampas kelapa tersebut, akan menghasilkan santan kelapa yang
lebih banyak, demikian sebaliknya.
6). Kain saring santan digunakan untuk menyaring ampas kelapa saat
memeras. Dengan demikian, ampas kelapa tidak terikut bersama dengan
santan. Kain saring yang dipilih bisa berupa kain kaos sehingga air
santan mudah keluar saat dilakukan pemerasan, sedangkan ampas kelapa
tetap tertinggal di dalam kain tersebut.
7). Stoples digunakan untuk mengendapkan santan kelapa sampai
terbentuk dua lapisan, yaitu krim (kepala santan/kanil) dan skim. Skim
berisi protein yang terlarut dalam air. Stoples yang digunakan sebaiknya
berwarna terang (transparan) sehingga kedua lapisan tersebut dapat
dengan mudah bisa dilihat. Sementara bahan stoples bisa terbuat dari
plastik agar ringan (tidak berat).
8). Selang digunakan untuk membuang skim santan. Bahan selang bisa
terbuat dari karet agar mudah ditekuk dan tidak lengket bila tidak
digunakan. Kran pun bisa digunakan untuk menggantikan fungsi selang.
Kran air yang digunakan bisa berukuran 3/4 inci dan dipasang di dasar
stoples.
9). Wajan digunakan untuk memasak kepala santan hingga terbentuk
minyak. Sebaiknya, bahan wajan terbuat dari email sehingga tidak mudah
gosong saat proses pemasakan dilakukan. Ukuran wajan disesuaikan dengan
kapasitas produksi yang sedang dijalankan.
10). Pengaduk digunakan untuk mengaduk santan saat pemasakan
dilakukan. Pengaduk bisa bempa susuk atau centong. Hal yang perlu
diperhatikan, centong harus berukuran panjang agar tangan tidak merasa
panas saat mengaduk santan. Di samping itu, bahan centong juga tidak
berupa bahan yang mudah menghantarkan panas, misalnya besi. Kalau
terbuat dari besi, bisa disambung dengan kayu agar tidak menghantarkan
panas. Bahan centong juga hams tahan panas sehingga tidak mudah meleleh.
11). Kompor digunakan sebagai sumber pemanas dalam proses pemasakan
santan menjadi minyak kelapa. Kompor yang digunakan bisa berbahan bakar
minyak tanah atau gas. Dengan kedua kompos ini, besar-kecilnya api bisa
dengan mudah diatur. Tungku juga bisa digunakan sebagai alat pemanas
dengan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Namun, umumnya api yang
dihasilkan tidak bisa diatur dengan mudah sehingga penyebaran panas
tidak bisa merata. Selain itu, api yang cukup besar juga bisa membuat
gosong pada wajan dan minyak kelapa yang dihasilkan.
12). Kain saring digunakan untuk menyaring minyak kelapa yang mungkin
masih bercampur dengan blondo. Untuk menghasilkan minyak kelapa murni
berkualitas bagus, penyaringan juga bisa dilakukan dengan kertas saring.
13). Kertas saring digunakan untuk menyaring VCO dari kotoran yang
masih bisa lobos oleh penyaringan menggunakan kain. Kertas saring yang
digunakan untuk menyaring VCO yang dibuat secara tradisional hanya
terdiri dari satu macam, yaitu ukuran 10 mikron. Kertas saring dipotong
kecil sesuai dengan ukuran corong. Kertas saring bisa dibeli di toko
kimia atau apotek. Harganya bervariasi, tetapi kisarannya sekitar Rp
4.000,00.
Cara Pembuatan
Tahap pembuatan VCO secara tradisional dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
pembuatan santan kelapa, pembuatan VCO, serta penyaringan.
1. Pembuatan santan kelapa:
Adapun tahap-tahap pembuatan santan kelapa secara tradisional sebagai berikut.
a).Kupas sabut kelapa dengan slumbat sampai sabut tersebut terpisah
dari daging buah kelapa yang masih terbungkus oleh tempurung kelapa.
Selain slumbat, parang atau mesin pengupas kelapa juga bisa digunakan,
tergantung skala usaha yang kita inginkan, dan tentu saja juga
disesuaikan dengan anggaran yang kita miliki. Pada proses ini diperoleh
sabut kelapa sebagai hasil sampingnya. Sabut kelapa masih bisa diolah
menjadi berbagai kerajinan tangan dan media tanam
b).Belah kelapa yang masih terselubungi oleh tempurung kelapa
menggunakan golok. Pada proses ini, sekaligus juga bertujuan untuk
membuang air kelapa. Seperti pada sabut, air kelapa juga masih bisa
digunakan untuk membuat kecap, asam, dan nata de coco.
c) Congkel daging buah kelapa yang masih melekat pada tempurung
menggunakan pisau penyukil. Pada proses ini juga akan menghasilkan
tempurung sebagai hasil sampingnya. Tempurung kelapa masih bisa
dimanfaaatkan untuk pembuatan arang dan asap cair.
d) Cuci daging buah kelapa yang sudah terkumpul di dalam ember.
Pencucian sebaiknya menggunakan air mengalir agar lebih cepat bersih, di
samping juga lebih bersifat higienis.
e) Haluskan ukuran daging buah kelapa menggunakan pemarut. Apabila
memungkinkan, bisa menggunakan mesin pemarut agar proses pemarutan bisa
berjalan dengan cepat. Usahakan ukuran partikel parutan sekecil mungkin
agar santan yang diperoleh lebih banyak.
f) Campurkan air ke dalam hasil parutan dengan perbandingan 10 : 6.
Artinya, dari hasil parutan 10 butir kelapa ditambahkan 6 liter air.
Apabila jumlah air yang ditambahkan terlalu sedikit, kemungkinan masih
ada sisa minyak yang tertinggal di dalam ampas kelapa. Namun, bila
penambahannya terlalu banyak, hanya akan menyulitkan saat membuang air
karena jumlah air dibandingkan minyak dalam santan jauh lebih banyak.
g) Remas-remas santan menggunakan tangan. Tujuannya yaitu untuk
mengeluarkan seluruh kandungan gizi, terutama minyak yang terdapat dalam
butiran daging buah kelapa yang sudah halus. Semakin lama peremasan
tentu saja akan menghasilkan minyak dalam santan yang lebih banyak.
Sebaiknya peremasan dihentikan manakala air bilasan air sudah tidak
berwarna putih (agak bening). Hal ini menandakan bahwa kandungan santan
sudah berkurang.
h) Saring santan menggunakan kain saring. Tujuannya untuk memisahkan
antara santan dengan ampasnya. Peras ampas yang masih terdapat di dalam
kain saring agar sisa santan yang masih terdapat di dalam ampas bisa
keluar semuanya.
2. Pembuatan VCO
Adapun tahap pembuatan VCO dengan cara tradisional sebagai berikut:
a) Endapkan santan pada ember transparan selama satu jam hingga
terbentuk krim santan (kanil/kepala santan) dan skim santan. Krim santan
berada di bagian atas karena mengandung minyak dalam jumlah banyak.
Seperti yang kita tahu, bahwa berat jenis minyak lebih ringan
dibandingkan berat jenis air. Sementara skim santan berada di bawah
karena umumnya terdiri dari air dan protein. Ambil air (bagian bawah)
dengan selang hingga tingggal tersisa krim bagian atasnya.
b) Ambil krim santan dan masak di atas kompor dengan suhu sekitar
100-110° C menggunakan wajan. Panaskan hingga mendidih. Aduk-aduk
santan selama proses pemasakan agar panas yang diterima oleh santan bisa
merata.
c) Matikan api kompor bila sudah terbentuk minyak dan blondo. Lama
waktu yang dibutuhkan sampai terbentuk minyak berkisar 3-4 jam. Umumnya,
minyak tersebut tidak berwarna bening, tetapi sedikit kekuningan.
Sementara blondo berwarna kecokelatan. Blondo ini masih bisa
dimanfaatkan sebagi bahan pangan, misalnya untuk pembuatan kue. Saring
blondo dari minyak menggunakan serok. Upayakan penyaringan berjalan
dengan sempurna agar tidak ada lagi sisa blondo yang terdapat di dalam
minyak.
3. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan minyak dari ikutan-ikutan,
berupa blondo dan kotoran lainnya. Penyaringan di sini tidak bertujuan
untuk menjernihkan warna VCO. Penyaringan dilakukan dengan kain dan
kertas saring. Adapun cara penyaringan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut.
a) Pasang kain pada corong yang telah dihubungkan dengan botol kaca.
Sedikit demi sedikit, tuang VCO ke dalamnya. Sebaiknya penyaringan
dilakukan dengan hati-hati karena ditakutkan tumpah.
b) Saring hasil saringan pertama dengan kertas saring. Adapun cara penyaringannya sama dengan penyaring dengan kain.
0 komentar:
Posting Komentar